MAKALAH
PANCASILA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila
Dosen Pengampu: Bapak Utoyo
Disusun
Oleh:
1.
Titi Astuti (1401413209)
2.
Fita Dwi
Indriyani (1401413283)
3.
Khoiriyah Dwi
Astuti (1401413593)
4.
Dina Nur Rosifa (1401413599)
ROMBEL 2E
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
Masa Kejayaan Nasional
- Perkembangan Singkat Kerajaan- kerajaan Kuno di Indonesia.
Sekitar abad V berdirilah
kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur) dan
kerajaan Tarumanegara (Jawa Barat). Berdasarkan bukti sejarah, agama dan
kebudayaan Hindu sangat berpengaruh pada masa itu.
Pada abad ke-7 muncul Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Sumatera.
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim dengan ketangguhan armada laut
nya
sehingga segera dapat menguasai Selat Sunda dan Selat Malaka. Sriwijaya
mengadakan hubungan dengan Cina di Asia Timur dan India ( Nalanda) di Asia
Selatan dalam bidang kebudayaan. Kerajaan tersebut mencapai puncak kejayaannya
di bawah raja Balaputra (850). Pada waktu itu hubungannya dengan india erat sekali.
Setelah itu kerajaan mengalami kemunduran.
Banyak muncul kerajaan-kerajaan kecil di
Jawa Tengah dan Jawa Timur silih berganti. Di Jawa Tengah seperti Kalingga
(abad ke VII), Sanjaya (abad VIII) dll. Refleksi puncak budaya misalnya Candi
Borobudur.
Di Jawa Timur seperti Kerajaan Isnaya
(abad IV),Darmawangsa( abad X) dll.Singaraja dengan rajanya yang terkahir
Kertanegara telah mengadakan hubungan dengan Kamboja. Hubungan dengan cina
menimbulkan sengketa, dan Cina mengirimkan suatu ekspedisi ke tanah Jawa (1292)
Kaisar Cina ialah Kubilai Khan pada waktu itu. Dalam peperangan tersebut
muncullah Raden Wijaya(menantu Kertanegara) sebagai pemenang dan mendirikan
kerajaan Majapahit.
Kerajaan majapahit (1293-1520) mencapai
puncak kemegahan di bawah Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada. Pada waktu
itu agama Hindu dan Budha berdampingan secara damai. Di dalam buku Sutasoma
inilah dijumpai istilah Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Yang lebih
dikenal sebagai semboyan negara Indonesia dengan Bhineka Tunggal Ika.Kerajaan
ini runtuh pada permulaan abad XVI (1520) disebabkan adanya Perang Saudara pada
abad XV.
2. Perkembangan
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan islam pertama di Indonesia ialah
Samudra Pasai (abad XIII).
Sultan
Malik Al Saleh merupakan raja pertama kemudian digantikan Sultan Ahmad atau
Malik Al Tahit. kemudian Samudra Pasai ditaklukkan oleh portugis (1522) dan
runtuhnya Malaka(1511) maka aceh menjadi penting kedudukannya. Aceh muncul
sebagaI kerajaan Islam pada abad XIV, Sultan Ali Mughayat Syah (1530) sebagai
raja pertama, Kemudian digantikan Alaudin Riayat Syah (1588-1604), Ali Riayat
Syah (1604-1607) dan Sultan Muda Iskandar Muda(1607-1636) merupakan sultan
terkenal dalam sejarah aceh.
Demak merupakan salah satu daerah
strategis bagi pelayaran laut jawa. Raden Patah adalah bupati yang berkuasa di
Demak(Bintoro). Demak mula-mula dibawah kekuasaan Majapahit, kemudian
melepaskan diri pada tahun 1500. Demak mencapai kejayaan pada masa pemerintah
Trenggono(1521-1546).
Banten yang strategis tempatnya di Selat
Sunda oleh Fatahillah diserahkan kepada puteranya yaitu Hasanudin. Sultan Ageng
Tirtayasa(1651-1681) adalah sultan yang terkenal haluan politiknya yang
tegas-tegas anti Belanda.
Maluku terkenal empat kerajaan yaitu
Jailolo,Ternate terkenal Sultan Hairun(1570) dan Baab Ullah, Tidore dan Bacan.
Pada abad ke XVII, Alaudin (1591-1638)
ialah raja islam pertama di Goa.
kemudian
diganti oleh Sultan Hasanuddin(1654-1660). Sultan ini mempunyai haluan politik
yang sangat keras terhadap penjajahan Belanda.
Pajang (1556-1586) sebagai penerus
setelah Demak runtuh sebagai Sultannnya adalah Ki Joko Tingkir atau Hadiwijaya.
Kemudian kekuasaan beralih ke Mataram di bawah Sutowijoyo atau Senopati. kerajaan
ini mencapai puncaknya di bawah kekuasaan Sultan Agung( 1613-1645) berhaluan
politik keras menentang Belanda. Pada tahun 1628 dan 1629 Batavia diserang.
akibat politik "devide et impera" Belanda, Mataram berhasil
diperlemah dan pecah menjadi dua kekuasaan yaitu Wilayah Susuhunan (surakarta)
dan Wilayah Kasultanan ( Yogyakarta).
B. Perjuangan Bangsa
Indonesia Melawan Penjajahan
1.
Perjuangan
Sebelum Abad XX
Bersamaan dengan berkembangnya kerajaan
Islam di Indonesia, mulailah berdatangan orang-orang Eropa di Indonesia. Di
antaranya yaitu orang-orang Portugis yang bertujuan ingin mencari pusat tanaman
rempah-rempah yang memberikan keuntungan dan kekayaan bagi negaranya. Kemudian
di susul dengan bangsa Spanyol yang mendatangi Indonesia.
Portugis dapat menguasai wilayah di India
dan pada tahun 1511 Portugis berhasil menguasai daerah Malaka. Dan dari sinilah
Portugis mempunyai keinginan menguasai wilayah penghasil rempah-rempah yang
lain, yaitu Maluku yang saat itu sedang dikuasai oleh Spanyol sehingga mereka
mengadakan perjanjian Saragosa yang berisi wilayah Maluku di kuasai oleh
Portugis dan wilayah Filipina di kuasai oleh Spanyol.
Porutgis pun mulai menguasai beberapa
wilayah bagian Jawa Barat, Sunda Kelapa tetapi dapat di gagalkan oleh
Fatahillah, dan dari sinilah berdirinya Jayakarta. Keuntungan portugis
mendorong negara-negara Eropa lainnya ikut berdagang di wilayah penghasil
rempah-rempah.
Kemudian datanglah Belanda dan pada tahun
1602 Belanda mendirikan VOC (Vereenig de Oost Indische Compagnie) atau Kompeni.
Kompeni akhirnya dapat menyingkirkan Portugis serta berhasil menguasai
perdagangan dan politik di Indonesia. Serta kompeni dapat menguasai politik di
Ambon yang berarti wilayah Maluku telah di kuasai. Kemudian di susul dengan
Selat sunda yang berhasil di tundukan pada tahun 1619 dan munculah Batavia
sebagai lambang kekuasaan kolonial di Indonesia.
Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung
(1613-1645) merupakan lawan yang berat bagi kompeni. Batavia di serang pada
tahun 1628-1629, tetapi tidak berhasil, walaupun Gubernur Jendral J.P. Coen
tewas dalam serangan Mataram yang kedua itu. Pada tahun 1667 Makassar di bawah
pemerintahan Hasanuddin berhasil di kuasai oleh kompeni, kemudian di susul
Banten yang pada saat itu di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil di
taklukan pada tahun 1624.
Pada abad XVII Belanda menanamkan politik
kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di Indonesia. Namun tidak mudah Belanda
menguasai Indonesia. Pada permulaan abad ke XIX, VOC di bubarkan kemudian di
ganti dengan pemerintahan Hindia Belanda yang berkuasa di Indonesia. Dan terjadilah pertentangan kekuasaan asing
yang di akhiri dengan hadirnya kekuasaan Inggris pada tahun 1811-1816, kemudian
Indonesia di serahkan kembali oleh Inggris kepada Belanda. Namun lahirlah
pemberontakan bangsa Indonesia dan meledaklah perang yang berkepanjangan yang
di prakarsai oleh Pattimura di Maluku (1817), Badarudin di Palembang (1819),
Imam Bonjol di Minangkabau (1821-1837), Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830),
Jelantik di Bali (1850), Pangeran Antasari di Banjarmasin (1860), Panglima
Polim, Teuku Cik Di Tir, Teuku Umar dalam perang Aceh (1871-1904), anak Agung
Made dalam perang Lombok (1894-1895), Sisingamangaraja di Tanah Batak (1900).
Mereka melakukan perlawanan karena terdorong cinta tanah air yang melahirkan
peperangan karena semakin hari Belanda menanamkan kekuasaan seperti sistem
tanam paksa (1830-1870).
Pada kekuasaan pemerintah kolonial kaum
liberal di Belanda menentang tanam paksa. Pada tahun 1870 ditetapkan UU
Agraria, sehingga Indonesia terbuka bagi modal swasta asing, tetapi hal ini
mendatangkan penderitaan bagi rakyat Indonesia. Dari sinilah muncul sejenis
“hutang budi” bangsa Belanda atas keuntungan yang diperoleh dari Indonesia,
yang dikenal dengan nama “Trias Politika” ialah “Irigasi, emigrasi, dan
edukasi”. Hal ini mendapat dukungan penuh dari kaum penanam modal, sebab
irigasi akan menguntungkan perkebunan tebu, emigrasi akan menguntungkan
perkebunan tembakau di Sumatra Timur, edukasi akan menguntungkan perusahaan
swasta asing yang membutuhkan tenaga rendahan yang terdidik. Khusus edukasi ini
yang menguntungkan bangsa Indonesia karena melahirkan suatu golongan
intelektual di Indonesia yang tidak di inginkan oleh Belanda.
Dengan munculnya tokoh-tokoh nasional,
maka manifestasi penderitaan rakyat, yang pada masa-masa sebelumnya di
bentuklah gerakan rakyat yang bersifat kedaerahan dan berkembang menjadi
gerakan nasional.
- Pergerakan Nasional (1908-1945)
a.
Kebangkitan
Nasional
Penjajahan
Belanda yang mendatangkan dampak negatif bagi rakyat Indonesia, mengakibatkan
rakyat Indonesia miskin dan tidak mendapat kesempatan untuk memperbaiki
nasibnya baik secara material maupun secara spiritual. Perlawanan-perlawanan
telah banyak namun karena tidak terorganisir dan tidak ada kerjasama sehingga bangsa
Indonesia belum berhasil mengalahkan penjajah. Kemudian ada kebangkitan dan
memperlihatkan kekuatannya. Republik Philipina (1898) dipelopori oleh Jose
Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsusima (1905), Partai Kongres di India
dengan Tilak dan Gandhi (1908), dan Budi Utomo dengan Wahidin Sudirohusodo yang
didirikan pada 20 Mei 1908 sebagai gerakan para pemuda pelajar sekolah
Kedokteran Jawa di Batavia (Jakarta). Budi Utomo di kenal sebagai organisasi
modern yang pertama kali dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
b.
Organisasi-organisasi
Pergerakan Nasional
Setelah
lahir Budi Utomo lahirlah organisasi lainnya seperti; Sarekat dagang Islam
(1911) yang didirikan oleh HOS Cokroaminoto, yang kemudian berkembang menjadi
Serikat Islam yang bergerak di bidang politik.
Berikutnya
muncul Indische Partij (1913) yang dipimpin oleh tiga serangkai; Douwes Dekker,
Cipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Partai ini tidak
bertahan lama, karena tidak menunjukan keradikalannya seperti tulisan Ki Hajar
Dewantara yang berjudul “Als ik een Nederlander Was...” (“Andaikan saya seorang
Belanda”), yang intinya menyindir dengan tajam sikap pemerintah Belanda yang
memperingati bebasnya negeri Belanda dari penindasan Perancis tahun 1813.
Mulai
saat itu, gerakan politik semakin menusuk kekuasaan kolonial. Ditambah lagi
meledaknya Perang Dunia I (1914-1918), membuat pemerintah Hindia Belanda selalu
berhati-hati terhadap gerakan-gerakan politik. Walaupun peperangan tidak
terjadi secara riil di Indonesia, tetapi sangat berpengaruh kepada kaum
pergerakan. Partai-partai politik dicoba dijinakkan dengan memberikan kepada
mereka suatu badan “pseduo demokrasi” yang bernama; Dewan Rakyat (Volks Raad).
Tipu muslihat ini banyak membuahkan hasil selama lembaga ini berorientasi
kepada kekuasaan Hindia Belanda.
Di lain
pihak, Sarekat Islam mengalami perpecahan dari dalamnya organisasi tersebut dan
yang dulunya bernama Partai Komunis di Hindia berubah menjadi Partai Komunis
Indonesia yang di pelopori oleh Semaun dan Darsono. Perkembangan PKI di
pengaruhi oleh tumbuhnya negara komunis di Rusia yang bernama Uni Soviet(1918).
PKI melakukan pemberontakan pada pemerintahan Hindia Belanda tahun 1926-1927
dengan bantuan negara komunis tersebut. Namun pemberontakan ini mengalami kegagalan
karena banyak anggota PKI yang tidak setuju. Anggota PKI yang tidak setuju
kemudian mendirikan partai baru bernama Partai Republik Indonesia di Bangkok
(1927). Akibat dari pemberontakan PKI inilah yang menjadikan setiap kegiatan
partai politik diawasi lebih ketat oleh pemerintah kolonial.
Dalam
situasi goncang ini, munculah Partai Nasional Indonesia (1927) yang dipelopori
oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono, dll. Mulailah kini perjuangan
bangsa Indonesia di titikberatkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang
jelas. Kemudian diikuti oleh golongan pemuda
yang lebih tegas merumuskan persatuan Indonesia; Satu Bahasa, Satu
Bangsa, dan Satu Tanah Air Indonesia (28 Oktober 1928) atau lebih dikenal
dengan Sumpah Pemuda dan pada saat itu di nyanyikan lagu Indonesia Raya. Sumpah
pemuda sebagai angkatan yang memandang cita-cita persatuan dan kesatuan
nasional untuk Indonesia Merdeka. Setelah itu tergeraklah perhimpunan mahasiswa
Indonesia yang di Belanda yang bernama Perhimpunan Indonesia yang memprakarsai
untuk menghapus kata Hindia Belanda di tanah airnya yaitu Indonesia. Namun
karena Belanda mengetahui hal tersebut akibatnya para pemimpin Perhimpunan
Indonesia ditangkap oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Perhimpunan
Indonesia, PNI dan Pemuda Indonesia kemudian bersatu untuk memperjuangkan
kemerdekaan. Namun PNI yang di anggap mempunyai pengaruh yang besar dan
dicurigai akan melakukan pemberontakan segera di tindak lanjut oleh pemerintah
sehingga PNI bubar dan berganti nama dengan Partai Indonesia (Partindo).
Golongan yang tidak mensetujui PNI bubar akhirnya mendirikan partai baru yang
bernama Pendidikan Nasional Indonesia yang dikenal dengan nama PNI Pendidikan
atau PNI Baru oleh Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir dengan semboyannya self help.
Namun pemimpin Partindo dan PNI Pendidikan ditangkap dan dibuang. Kemudian
munculah partai dengan watak moderat, seperti Partai Indonesia Raya (Parindra)
pada tahun 1935 dan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) pada tahun 1937. Dengan
partai-partai yang ada mulailah menyusun rencana dengan melakukan taktik yang
kooperatif. Tujuan untuk Indonesia Merdeka tidak di wujudkan dengan tegas
tetapi lebih menekankan pada “Indonesia Berparlemen” hal ini ditunjukan pada
Gabungan Politik Indonesia (Gapi).
Pada
perang dunia II, dunia terbagi menjadi dua blok, yaitu blok fasisme dan blok
demokrasi, maka partai-partai mengubah taktik menjadi kooperasi dengan
kerjasama dengan pemerintahan Hindia Belanda.
c.
Sumpah
Pemuda
Kongres
Pemuda Indonesia II diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta yang
dihadiri oleh kurang lebih 750 orang dan dari kongres ini menghasilkan adanya
“Sumpah Pemuda” yang berisi :
1.
Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia.
2.
Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang
satu, bangsa Indonesia.
3.
Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa yang
satu, bahasa Indonesia.
Peranan
sumpah pemuda sangat penting dan menjadi tuntutan perjuangan yang tegas,
persatuan nasional yang menjadi penggerak pemuda Indonesia dan kemudian
berpengaruh kepada pikiran bangsa Indonesia.
d.
Perjuangan
Masa Pendudukan Jepang
Tujuan
dari Jepang yaitu ingin menguasai wilayah jajahan Belanda dan membangun kawasan
Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya, langkah awal dengan melakukan pengeboman
di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941. Philipina dan Singapura dikuasai
dan selanjutnya giliran Indonesia. Jepang dengan mudahnya menguasai daerah Asia
Tenggara. Tujuan utama dari Jepang yaitu ingin menjadi tuan besar di Asia
Pasifik. Hal ini yang membuat rakyat Indonesia menderita dan sengsara baik
lahiriyah maupun rohaniyah.
Upaya-upaya
pemerintah Jepang meyakinkan rakyat Indonesia bahwa mereka adalah teman
seperjuangan yang ingin melawan blok barat dilakukan, tetapi rakyat Indonesia
menentangnya karena tidak sesuai dengan tindakan Jepang yang seenaknya terhadap
rakyat Indonesia, dan membuat rakyat Indonesia menderita. Kemudian pada tanggal
20 Maret 1942 Jendral Imamura sebagai penguasa tertinggi Pemerintah Bala
Tentara di Jawa mengeluarkan maklumat yang berisi melarang pengibaran Sang Saka
Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang sudah diijinkan
sebelumnya.
Awal
tahun 1942 muncullah gerakan rakyat yang lebih dikenal dengan gerakan Tiga “A”
dimulai dari Jawa yang dipimpin oleh Mr. Syamsuddin. Jepang terpuruk akibat
pertempuran laut karang dan Jepang menyadari bahwa mereka membutuhkan kerjasama
dengan tokoh-tokoh nasional Indonesia supaya dapat memobilisasikan rakyat. Para
tokoh nasional Indonesia memanfaatkan keadaan ini dengan mengatur berbagai
stategi. Hatta berusaha bekerja sama dengan Jepang supaya mengurangi kekerasan
pemerintah dan berusaha memanipulasi Jepang. Syahrir menjauhkan diri dan
membentuk jaringan “bawah tanah”. Soekarno yang telah dibebaskan bergabung
dengan Hatta dan mendesak Jepang untuk mendirikan organisasi dibawah pimpinan
mereka. Korps Pemuda yang bersifat semi militer (Seinendan) dibentuk pada bulan
April 1943. Kemudian ada Korps kewaspadaan (Keibodan) dan dibentuk pasukan pembantu (Heiho).
Namun
bulan Maret 1943 gerakan Tiga A dihapuskan dan diganti dengan Pusat Tenaga
Rakyat (Putera). Badan ini diawasi ketat oleh pihak Jepang tapi ketuanya dari
tokoh-tokoh Indonesia, kemudian hal ini di manfaatkan oleh Indonesia untuk
berpidato kepada rakyat untuk menumbuhkan sifat nasionalisme. Tetapi hal ini
tidak berlangsung lancar karena Jepang membatasi tokoh-tokoh Indonesia.
Januari
1944 Putera digantikan dengan Persatuan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai). Soekarno
berhasil dalam memanfaatkan propaganda Jawa Hokokai untuk memperkuat posisinya
sebagai pemimpin utama kekuatan rakyat. Pada bulan Oktober 1943 pihak Jepang
membentuk Pembela Tanah Air (Peta). Organisasi ini merupakan suatu tentara
sukarela Indonesia. Pasukan ini untuk melawan serbuan pihak sekutu. Di Jakarta
dan Bandung para pemuda yang berpendidikan memulai jaringan bawah tanah di
bawah pengaruh Syahrir dan mulai menyusun rencana untuk merebutkan kemerdekaan
Indonesia dari kekalahan yang mengancam Jepang.
Jepang
menjanjikan kemerdekaan Indonesia karena Jepang mengakui kalau mereka runtuh atau
kalah dalam perang melawan sekutu. Maret 1945 Jepang membentuk BPUPKI yang pada
pertemuannya membahas tentang rancangan Undang-Undang Dasar untuk Indonesia
Merdeka. Pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945 terjadi pengeboman di
Hirosima dan Nagasaki. Dan terbentuklah PPKI yang diketuai oleh Soekarno dan
Hatta sebagai wakilnya. Guna membahas tentang persiapan kemerdekaan Indonesia.
C. Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia (17 Agustus 1945)
Proklamasi kemerdekaan Indonesia
bukannlah suatu peristiwayang secara tiba-tiba, melainkan merupakan suatu
bagian dari rangkaian peristiwa yang panjang dari usaha perjuangan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami apa yang tersirat di
dalamnya harus dilihat peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi, berupa
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia jauh sebelumnya.
Sejak bangsa Indonesia dijajah maka
saat itu pula lahir perjuangan menentang penjajahan guna merebut kembali
kemerdekaannya. Cita-cita perjuangan itu makin nyata bentuknya ketika pada
tanggal 20 Mei 1908 lahir Budi Utomo dan 28 Oktober 1928 divetuskan Sumpah
pemuda.
Akibat perang psifik, Indonesia
direbut oleh Jepang dari tangan penjajah Belanda. Dalam situasi perang
selanjutnya Jepang mengalami kekalahan demi kekalahan, sehingga mereka
memerlukan bantuan bangsa Indonesia, dengan imbalan akan memberikan
kemerdekaan. Untuk, melaksanakan janjinya dibentuklah BPUPK pada tanggal 28
April 1945, yang dalam siding-sidang-sidangnya berhasil membuat rancangan Dasar
Negara serta rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.
Setelah tugas BPUPKI selesai,
dibentuklah PPKI yang bertugas mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan
bagi pendirian Negara dan pemerintahan Indonesia.
Begitu Jepang menyerah pada sekutu,
cepat-cepat para pemuda Soekarno-Hatta dan anggota PPKI bersidang dirumah
Laksamana Muda Tadashi Maeda di jalam Imam Bonjol 1, akhirnya berhasil menyusun
naskah proklamasi. Pagi harinya, tanggal 17 Agustus 1945 hai Jum’at Legi
bertempat di halaman rumah Jl.Pegangsaaan Timur No.56 Jakarta, diproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Naskah
tersebut disusun oleh tiga tokoh yaitu Ir.Soekarno, Drs.Moh.Hatta, dan
Mr.Achmad Soebardjo. Mereka tidak membawa naskah rancangan pernyataan Innesia
merdeka yang disusunnya pada tanggal 22 Juni 1945. Oleh karena itu mereka
membuatnya, naskah ditulis oleh Ir.Soekarno yang didiktekan oleh Moh.Hatta dan
Mr.Achmad Soebardjo.
Setelah
rumusan naskah teks proklamasi itu disetujui PPKI dan pimpinan pemuda yang
hadir, lalu diketik oleh Sayuti Melik, baru selanjutnya di tandatanggani oleh
Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 terjadi pada saat yang tepat sekali, yakni dua hari
setelah Jepang menyerah, sedangkan sekutu belum mendarat di Indonesia. Saat semacam
itu adalah merupakan saat terjadi kekosongan kekuasaan (vacuum of power)
pemerintahan colonial, atau saat terputusnya mata rantai penjajahan di
Indonesia. Maka momentum yang sangat tepat itu oleh para pemimpin dan tokoh
para pemuda dipergunakan sebaik-baiknya, guna memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Adapun teks Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah sebagai
berikut :
PROKLAMASI
Kami
bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal
jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l, diselenggarakan dengan tjara saksama
dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta,
hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas
nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
Menurut
rencana pembacaan teks proklamasi akan dilakukan di lapangan Ikada, namun
karena Sesutu hal rencana itu tidak dapat dilaksanakan dan akhirnya pada jam
12.00 (waktu Tokyo) atau 10.30 (waktu Jawa Jepang) atau jam 10.00 WIB teks
tersebut di atas dibacakan oleh Ir.Soekarno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Adapun
jalannya upacara adalah sebagai berikut :
1.
Ir. Soekarno tampil ke muka mikropon satu-satunya untuk membacakan
teks proklamasi kemerdekaan.
2.
Pengibaran bendera Merah Putih dilakukan oleh Cudanco Latief
Hendraningrat dengan diiringi Lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan
oleh para hadirin.
Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia itu bukan hanya sebagai tanda bahwa sejak saat itu bangsa Indonesia
telah merdeka, melainkan juga merupakan detik awal jebolan tertib hokum colonial
sekaligus detik pembangunan tertib hukumnasional, tertin hokum Indonesia.
Sejarah perjuangan
kemerdekann bangsa Indonesia yang berabad-abad lamanya dan dengan didorong oleh
Amanat Penderitaan Rakyat yang berjiwakan Pancasila telah mencapai titik
kulminasinya pada detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan
itu merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan tujuan nasional, serta
untuk ikut membentuk :”dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala
penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa.
Untuk mewujudkan tujuan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, maka pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
bersidang untuk mengesahkan :
1.
Pembukaan UUD 1945
2.
UUD 1945
3.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama
D.
Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan
1.
Masa 1945-1949
Setelah bangsa Indonesia berhasil
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dan disahkannya
Uud 1945 (18 Agustus 1945) sebagai konstitusi negara serta Pancasila sebagai
dasar negara. Pada tanggal 29 September 1945, Belanda bersama Sekutu dengan
mengatasnamakan Palang Merah Internasional mendarat di Surabaya untuk mengurus
orang-orang Belanda bekas tawanan tentara Jepang, kemudian dilanjutkan usaha
untuk menguasai kembali Indonesia. Akibatnya, antara pemerintah republik
Indonesia dan NICA saling berusaha menguasai wilayah Indonesia (Nederlands
Indies) secara de facto. Begitulah setelah kemerdekaan membawa konsekuensi bagi bangsa dan negara Indonesia untuk
berjuang mempertahankan dan menguasai de facto atas wilayahnya.
Masa 1945-1949 segala perhatian bangsa dan
negara Indonesia dicurahkan untuk memenangkan perang kemerdekaan. Pada masa ini
telah terjadi satu penyimpangan konstitusional, yaitu perubahan sistem kabinet
presidensil menjadi kabinet parlementer. Perubahan ini berdasarkan usul badan
pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat tanggal 11 November 1945. Usul tersebut
disetujui oleh Presiden dan kemudian diumumkan dengan maklumat Pemerintah tanggal
14 November 1945. Sejak lahirnya Maklumat pemerintahan 14 November 1945, sejak
itu berjalan sistem kabinet parlementer. Ini berarti kepala
pemerintah(eksekutif) dipegang oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan kebinet.
Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, Perdana Menteri dan para Menteri
bertanggung jawab kepada KNIP yang berfungsi sebagai DPR, tidak bertanggung
jawab kepada Presiden seperti dikehendaki oleh UUD 1945.
Sikap mempertahan dan memperjuangan
Indonesia ini dibuktikan oleh munculnya perlawanan-perlawanan rakyat terhadap
tentara Inggris dan NICA disetiap daerah seperti Surabaya, Bandung, dsb.
Munculnya perlawanan ini, memaksa Belanda untuk mengadakan perundingan dengan
pemerintah Indonesia. Perundingan yang
dilakukan menghasilkan perjanjian-perjanjian, meskipun oleh Belanda sering
dilanggar dan dikhianati.
Setelah melalui perjuangan panjang,
akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, namun bangsa Indonesia harus menerima berdirinya negara yang tidak
sesuai dengan cita-cita proklamasi dan tidak sesuai kehendak UUD 1945. NKRI
berubah menjadi Negara Indonesia Serikat
(Republik Indonesia Serikat) berdasarkan Konstitusi RIS.
2.
Masa 1949-1950
Berdasarkan hasil KMB dan Konstitusi RIS,
dibentuklah suatu negara federal yang bernama Republik Indonesia Serikat. RIS
terdiri dari negara-negara bagian dan kesatuan kenegaraan. RIS dalam waktu yang
singkat mulai goyah karena tidak didukung oleh rakyat. sistem Federal
bagaimanapun juga oleh rakyat dianggap sebagai alat Belanda untuk memecah belah
bangsa Indonesia supaya Belanda tetap dapat berkuasa di Indonesia.
Rancangan konstitusi RIS yang mendasari
landasan lahirnya Negara RIS, disusun oleh delegasi RI dan wakil-wakil BFO
(Bijeenkomst Voor Federal= Musyawarah wakil/wakil Negara Bagian) dibawah
pengawan PBB. Konstitusi RIS menetapkan:
1. Konstitusi RIS menentukan negara beebentuk Serikat
yang dibagi-bagi dalam 16 daerah bagian.
2. Konstitusi RIS menentukan suatu sifat pemerintahan
yang liberalistis atau pemerintah yang berdasarkan demokrasi parlementer.
3. Mukamidah Konstitusi RIS telah menghapuskan
semangat jiwa, maupun isi Pembukaan UUD Proklamasi. (Mardoyo, 1978:199)
Konstitusi RIS menyimpang
dari isi jiwa dan cita-cita bangsa Indonesia, kemudian lahirlah gerakan yang
bersifat unitaristis (pasal 43 dan 44 konstitusi RIS). Gerakan ini secara
formal belum mendapat dukungan secara baik dari pihak parlemen dan senat RIS,
tetapi gerakan yang didorong oleh hasrat dan cita-cita persatuan sudah tidak
dapat dikendalikan lagi, kemudian terjadilah penggabungan-penggabungan secara
fisik kepada Republik Indonesia. Sehingga Negara RIS tinggal tiga negara bagian
yaitu :
1.
Negara bagian
RI (Yogyakarta)
2.
NIT (Negara
Indonesia Timur)
3.
NST (Negara
Sumatera Timur)
Akhirnya NT dan NST memutuskan memberikan
kuasa penuh kepada pemerintah pusat RIS
untuk berunding atas nama mereka dengan
negara bagian RI (Yogyakarta) tentang pembentukan negara kesatuan. Perundingan
itu mneghasilkan Piagam Persetujuan RIS-RI Mei 1950. Demikianlah seluruh rakyat
Indonesia menghendaki kembalinys NKRI. Berkat kesadaran para pemimpin RIS, pada tanggal 17 Agustus 1950 negara federasi
RIS kembali menjadi NKRI.
3
. Masa 1950-1959
Menurut UUD’S 1950 sistem pemerintah yang
dianut adalah sistem pemerintahan parlementer. Dalam sistem parlementer,
pemerintah tergantung pada dukungan partai-partai didalam parlemen. Hal ini
menyebabkan sering terjadinya pergantian kabinet. Sementara itu perpecahan
antar daerah, pertentangan antar partai tidak dapat dielakkan. Wakil rakyat
yang duduk dalam parlemen pada hakekatnya adalah wakil partai-partai yang belum
mencerminkan dukungan yang nyata dari para pemilih. Oleh karena itu masyarakat
mulai menuntut segera diadakannya pemilihan umum duna diharapkan akan dapat
mengakhiri ketidakstabilan politik dan terbentuknya pemerintah yang stabil dan
kuat.
Pemilihan umum diselenggarakan pada
tanggal 29 september 1955 untuk DPR dan tanggal 15 desember 1955 untuk
konstituante. Pemilu 1955 merupakan pemilu pertama dalam sejarah Republik
Indonesia.
Konstituante berdasarkan UUD sementara
1950 bertugas menyusun UUD yang tetap, mengalami kegagalan da berakibat sangat
membahayakan keutuhan bangsa dan negara. Sejarah politik ketatanegaraan
mencatat kemacetan sidang konstituante yang setelah tiga tahun bersidang tidak
berhasil melaksanakan tugasnya, terutama karena adanya pikiran-pikiran untuk
mengganti pancasila dengan dasar yang lain, sehingga konstituante tidak
berhasil memutuskan mengenai dasar Negara Republik Indonesia. Kemelut nasional
ini terpaksa diakhiri dengan Dekrit Presiden 5 juli 1959 dan menetapkan kembali
UUD 1945.
4. Masa
1959-1965
Menurut UUD 1945 pada periode 1959-1965
diterapkanlah konsepsi Demokrasi Terpimpin. Tindak lanjut dari Dekrit Presiden
5 juli 1959 adalah pembentukan Kabinet Karya. Penerapan demokrasi terpimpin ini
lembaga-lembaga belum dibentuk berdasarkan UUD 1945. Dalam masa ini, presiden
selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan pemegang kekuasaan legislatif
(bersama-sama dengan DPR) telah menggunakan kekuasaanya dengan tidak
semestinya. Presiden telah mengeluarkan produk-produk legislatif yang mestinya
berbentuk undang-undang (artinya dengan persetujuan DPR) dalam bentuk penetapan
Presiden tanpa persetujuan DPR. Angggota pimpinan MPR diangkat menjadi menteri,
berarti ada dibawah presiden. Ketua MPR dirangkap oleh wakil ketua perdana
menteri III. Selanjutnya pidato kenegaraan yang berjudul “Penemuan Kembali
Revolusi Kita” oleh MPR ditetapkan menjadi garis-garis besar Haluan Negara
(1960). Hak budget DPR tidak berjalan karena pemerintah tidak mengajukan
rancangan UU RAPBN untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun
anggaran yang bersangkutan. Bahkan tahun 1960, karena DPR tidak dapat
menyetujui RAPBN, maka presiden pada waktu itu membubarkan DPR.
Keadaan politik tersebut sangta
menguntungkan PKI apalagi dengan adanya politik doktrin Nasakom, maka peluang
PKI dalam mengembangkan semboyan “politik adalah panglima”. PKI mempunyai
tujuan ingin merebut kekuasaan negara dengan cara PKI menjalankan tindakan
dengan cara berusaha memecah belah atau menyusupi partai-partai yang dianggap
lawan, PKI berusaha membelokkan politik luar negeri yang bebas aktif menjadi
politik yang memihak ke Blok Komunis, dan berhasil mempengaruhi Indonesia untuk
keluar dari PBB. Puncak semua kegiatan PKI adalah G30S/PKI (1965).
Pemberontakan G30S/PKI akhirnya dapat
digagalkan berkat kesigapan ABRI dan dukungan kekuatan rakyat yang mendorong
untuk munculnya orde baru yang bertekad
untuk melaksanakan Pancasila dan UUD’45 secara murni dan konsekuen. Rakyat
menghendaki PKI dibubarkan. Keadaan semacam ini menghantar tercetusnya “Tri
Tuntutan Rakyat” yaitu : bubarkan PKI, bersihkan kabinet dari unsur PKI,
turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Dalam keadaan itu, tanggal 11 maret 1966
Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah yang disebut SUPERSEMAR kepada
Letnan Jenderal Soeharto, menteri/panglima Angkatan Darat yang intinya memberi
wewenang kepadanya untuk mengambil langkah-langkah pengamanan untuk
menyelamatkan keadaan. Dan ditanggapi baik oleh rakyat.
5. Masa
1966-1998
Dalam masa ini deibentuklah Front
Pancasila oleh beberapa partai politik dan organisasi massa seperti : NU, PSII,
Parkindo, Partai Katholik, IPKI, Perti Muhammadiyah, Soksi, dll. Mula-mula
tuntutan yang dilancarkan oleh berbagai golongan masyarakat bernada lunak,
namun lama-kelamaan semakin keras. Tuntutan untuk membubarkan PKI kemudian ditegaskan oleh KAMI dengan Tritura
tanggal 12 januari 1966. Ini berarti bahwa tuntutan yang dilancarkan tidak
hanya terbatas dalam bidang politik saja melainkan sudah meluas ke bidang
pemerintahan dan ekonomi.
Pemegang supersemar membubarkan Pki dan
ormas-ormasnya serta mengamankan 15 orang menteri yang berindikasi G30S/PKI (12
maret 1966). Sidang-sidang MPRS segera dilaksanakan :
a. Sidang MPRS IV tahun 1966 (21 juni-5 juli 1966)
b. Sidang istimewa MPRS 1967 (1-12 maret 1967)
c. Sidang MPRS V tahun 1968 (21-27 maret 1968).
Sidang MPRS ini untuk meletakkan strategi
perjuangan Orde Baru. Oleh karena itu sejak 6 juni 1968 dibentuk Kabinet
Pembangunan I dengan tugas utama melaksanakan pembangunan lima tahun I, yang
kemudian menjadi awal rangkaian pembangunan lima tahun berikutnya untuk
mencapai sasaran pembangunan jangka panjang (1969-1999).
Pemilu pertama di orde baru tahun 1971.
Demikian seterusnya mekanisme ini berlangsung setiap lima tahun sekali, Pemilu
1997 sebagai pemilu terakhir pada masa orde baru (pemilu IV). Untuk mewujudkan
Tujuan Nasional bangsa Indonesia melaksankan pembangunan secara terencana dan
bertahap, tahap pertama pada pertengahan 1997 telah menunjukkan hasil yang
dapat dirasakan oleh rakyat. namun demikian sejak saat itu bangsa indonesia
mengalami krisis moneter dan ekonomi dimana kemiskinan yang menjurus pada
ketidakberdayaan masyarakat dan timbulnya krisis kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
Masa sesudah 1998, perjuangan mahasiswa
untuk menuntut turunnya Soeharto, lahirlah orde baru atau era reformasi. Sejak
21 mei 1998 B.J Habibie yang sebelumnya menjadi Wakil Presiden, kemudian
diangkat menjadi presiden R.I ketiga dan membentuk Kabinet Reformasi
Pembangunan. Kemudian dilaksanakan pemilu I era reformasi pada 7 juni 1999
diikuti oleh 48 partai politik dan pemilu dilaksanakan secara luberjudil.
Pemilu berikutnya di era reformasi dilaksanakan tahun 2004 dengan diikuti oleh
24 partai politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar